SETANGKAI DAHAN DI SYURGA (Versi Prosais)
Kala itu, pukul sembilan pagi Waktu Indonesia Tengah (WITA) menyapa, begitu juga Rahmat dari Yang Maha Kuasa. Diagnosa dari dokter, sakit syaraf kejepit tulang cukup menyesakkanku kala itu. Saat itu, tiada sesiapapun di rumah. Hanya aku yang sedang menahan nyeri sakit di pinggangku dan istri yang sedang mengandung anak ketiga kami.
Kulihat istri membaca kado dariku, buku best seller karya Mohammad Fauzil 'Adhim berjudul “Bahagia saat Hamil Bagi Ummahat". Waktu berselang rasa mulas seperti hendak melahirkan datang. Sari kurma dan minyak zaitun yang diminum sangat membantu menguatkan energinya untuk bertahan. Kondisi fisik yang kesulitan berjalan usai sakit itu datang, plus tidak ada siapa pun orang tak menyurutkan langkahku untuk menjadi suami siaga. Dengan sekuat tenaga ku bimbing istri tercinta ke kamar untuk beristirahat. Bertayamum, membacakan surah al-Waqi’ah (surat ke 56 dalam al-Qur’an) pada gelas berisi air dari ayat pertama hingga akhir. Air yang telah ditetesi Minyak Zaitun diminum dan disisakan sedikit untuk dibasuhkan pada perut.
Tiga puluh menit berlalu….
Subhanallah, Kuasa Allah pun tiba. Seorang gadis mungil normal, sehat dan sempurna. Fanni Afnani Jannatirrahman, ku beri nama. “Setangaki Dahan di Syurga” artinya. Harapan kelak menjadi pelindung kami di akhirat di Syurga_Nya. Walau dari setangkai dahan, kami (orang tuanya) dapat bernaung dibawahnya, dari segala siksaan akhirat yang pedih nanti. Aamiin yaa Rabbal’alamiin.
Do’a serta harapan terucap, smoga kelak engkau dapat tumbuh menjadi wanita yang tangguh, seperti tangguhnya setangkai dahan pada pepohonan yang mampu menahan terpaan angin sekencang apapun itu. Agar engkau mampu juga menjadi wanita setegar Sumayyah binti Hayyat ibunda ‘Ammar bin Yasir yang gigih dan teguh mempertahankan imannya walau nyawa menjadi taruhannya. Salam rindu dari ayah, untukmu yang berulang tahun ke 9, jauh dimata tapi dekat dihati.
Bintaro-Tangsel, 8 September 2021 M. / 30 Muharram 1443 H.
Ayah Sayang...