SETANGKAI DAHAN DI SYURGA (Versi Cerpen & Prosa)




SETANGKAI DAHAN DI SYURGA

Waktu itu hari Sabtu, 8 September 2012 Masehi, Pkl. 09.00 pagi lebih sedikit Waktu Indonesia Tengah. Saat itu, di rumah hanya ada ayah yang sedang sakit, yang didiagnosa oleh dokter bahwa ayah sakit syaraf kejepit tulang. Beberapa kali dibekkam dan diobati namun Allah belum berkehendak untuk sembuh. Yang kemudian akhirnya ayah berobat di Jogja dan alhamdulillah atas izin Allaah ayah sembuh dari sakit itu. 

Sedangkan mamahmu saat itu sedang mengandung kurang lebih 37 minggu dan tak tahu berapa hari kurang lebihnya. Mama Manis (panggilan kesayangan nenekmu) sedang menghadiri pesta keluarga di seberang rumah. Kakak sulungmu Mas ‘Athaa ur-Rahman masih di Sekolah MIS Al-Hidayah Wetabua (sekarang MIN 06 Alor_red) dan kakak Aqieb sedang bermain bersama teman-teman sebayanya di halaman tetangga belakang rumah kita di Tanjung Sembilan.

Waktu itu juga, Mamamu sedang membaca buku kado dari ayah "Bahagia saat Hamil Bagi Ummahat". Sebuah buku best seller yang ditulis oleh Mohammad Fauzil 'Adhim. Lalu tiba-tiba Mamamu bilang, Ayang (pnggilan kesayangan mamamu kepada ayah, singkatan dari Ayah sayang). "ini kok Mams kayak sakit mau melahirkan yah? Terus ayah menjawab, itu mungkin kontraksi palsu". Seperti yang disampaikan dalam buku itu.

Kemudian mamamu mengambil sari kurma dan minyak zaitun lalu diminum. Setelah minum itu, rasa sakit mulai terus menerus terasa di perutnya.  Beberapa saat kemudian mamahmu memanggil ayah untuk membimbingnya ke kamar mandi karena serasa kandungannya sakit seperti akan melahirkan. Dan ayahpun mebimbing mamamu walau ayah kesulitan berjalan karena sakit yang ayah derita itu. Namun karena tak ada sesiapapun di dalam rumah maka ayah tetap memaksakan diri untuk membimbing mamamu ke kamar mandi. 

Disaat mamamu di kamar mandi, ayah berinisiatif menyiapkan dipan dan membentang beberapa lembar kain yang dialas dengan ferlak diatas Kasur. Lalu mamamu keluar dari kamar mandi dan berbaring diatas tempat yang telah ayah siapkan tadi. Mamamu kemudian meminta ayah untuk mebacakan surah al-Waqi’ah (surat ke 56 dalam al-Qur’an) pada gelas berisi air dari ayat pertama sampai ayat terakhir. Ayah melakukan itu hanya dengan bertayamum karena ayah tak bias menyentuh air dingin saat itu. 

Setelah membacakan surah Al-Waqi’ah tersebut ayah berikan air itu kepada mamahmu untuk diminum dan disisakan sedikit untuk dibasuhkan pada perut mamahmu yang sedang sakit itu. Lalu mamamu meminta untuk dioleskan perut dan pinggulnya dengan minyak zaitun. Beberapa saat kemudian mamamu minum air di gelas dan setelah dioles minyak zaitun di perut dan pinggulnya, atas kuasa Allaah tak lebih dari 30 menit, lahirlah seorang anak gadis mungil dalam keadaan normal, sehat dan sempurna.

Dan anak gadis itu ayah beri ia nama Fanni Afnani Jannatirrahman, yang artinya “Setangaki Dahan di Syurga” seperti Judul pada cerita di hari kelahiranmu ini. Tentunya dengan harapan ayah dan mama, kelak engkau menjadi pelindung kami di akhirat di Syurga_Nya, walau dari setangkai dahan itu, kami dapat bernaung dibawahnya dari segala siksaan akhirat yang pedih nanti. Aamiin yaa Rabbal’alamiin.

Do’a serta harapan kami, kelak engkau dapat tumbuh menjadi wanita yang tangguh, seperti tangguhnya setangkai dahan pada pepohonan yang mampu menahan terpaan angin sekencang apapun itu. Agar engkau mampu juga menjadi wanita setegar Sumayyah binti Hayyat ibunda ‘Ammar bin Yasir yang gigih dan teguh mempertahankan imannya walau nyawa menjadi taruhannya.

Titip rindu buat kalian semua anak-anak gadis ayah terkhusus untukmu yang berulang tahun yang ke 9 hari ini. Rindu dari ayah yang jauh dimata namun dekat dalam setiap munajat dan harapan pada Rabb Semesta Alam. Semoga Allaah pertemukan kita dalam Iman dan keindahan Islam fiddunya wal-akhirah, aamiin yaa Rabbal’alamiin. 

Dari relung terdalam ayah yang mencintai dan menyayangi kalian tanpa batas masa, Terkhusus untuk Ndhuuk Fanni Afnani Jannatirrahman (setangkai dahan di Syurga). 


Bintaro-Tangsel, 8 September 2021 M. / 30 Muharram 1443 H.

Tertanda :
Ayah Sayang...

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama